ILMU SOSIAL DASAR
NPM :
32412847
Kelas : 2-ID08
Mata Kuliah :
Ilmu Sosial Dasar
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KALIMALANG
Masalah kepemudaan dan cara mereka
bersosialisasi serta identitasnya sebagai pemuda yang sedang belajar di
perguruan tinggi.
1.
Pengertian
Pemuda
Secara hukum pemuda adalah manusia
yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara
agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan
mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan keluarnya darah haid
bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya,
generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda
merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai
penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
bangsanya.
Macam–macam pemuda dikaji dari perannya
dalam masyarakat
1. Jenis
pemuda urakan
Yaitu pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan
perubahan–perubahan dalam masyarakat. Tidak ingin untuk mengadakan perubahan
dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan
untuk menentukan kehendak diri sendiri.
2.
Jenis
pemuda nakal
Pemuda-pemuda ini tidak ingin, tidak berminat dan tidak
bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam masyarakat ataupun kebudayaan,
melainkan berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan menggunakan
tindakan yang mereka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.
3. Jenis
Pemuda Radikal
Pemuda-pemuda
radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak
puas, tidak bisa menerima kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu
mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun
tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.
4. Jenis
Pemuda Sholeh
Pemuda
yang dalam setiap tingkah lakunya sehari – hari selalu berpegang teguh terhadap
agamanya. Melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2.
Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran
yang harus dijalankan oleh individu.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:
sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam
masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam
institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup
yang terkukung, dan diatur secara formal.
- Sosialisasi primer
Peter
L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia
1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak
mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai
mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam
tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
sebab seorang anak melakukan pola interaksi
secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna
kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.
- Sosialisasi sekunder
Sosialisasi
sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.
Bentuk-bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam
proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan'
identitas diri yang lama.
3. Permasalahan Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat
ini antara lain :
1.
Dirasa
menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat
termasuk generasi muda.
2.
Kekurang
pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
3.
Belum
seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah
yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda
sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
4.
Kurangnya
lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah
pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
5.
Kurangnya
gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh
rendahnya daya beli dan kuranguya perhatian tentang gizi dan menu makanan
seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
6.
Masih
banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pede
saan.
7.
Pergaulan
bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
8.
Meningkatnya
kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
9.
Belum
adanya peraturan perundangan yang rnenyangkut generasi muda.
4.
Cara Pemuda Bersosialisasi
Melalui proses sosialisasi, individu (pemuda) akan terwarnai
cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi,
individu menjadi tahu bagaimana is mesti bertingkah laku ditengah-tengah
masyarakat dan lingkungan budayanya. Kepribadian seseorang melalui proses
sosialisasi dapat terbentuk di mana kepribadian itu merupakan suatu komponen
pemberi atau penyebab warna dari wujud tingkah laku sosial manusia, jadi dalam
hal ini sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dalam hubungannya dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut
seorang individu dari masa anak-anak hingga dewasa belajar pola-pola tindakan
dalam interaksi beraneka ragam atau macam peranan sosial yang mungkin ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Setiap individu dalam masyarakat yang berbeda mengalami
proses sosialisasi yang berbeda pula, karena proses sosialisasi banyak
ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Jadi sosialisasi dititik beratkan soal individu dalam kelompok melalui
pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan
kedirian (self) dan kepribadian
seseorang terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar
dirinya.
Proses sosialisasi ini berarti tidak berhenti sampai pada
keluarga, tapi masih ada lembaga lainnya. Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga
sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan media
masa. Dengan demikian sosialisasi dapat berlangsung secara formal ataupun
informal. Secara formal, proses sosialisasi lebih teratur karena di dalamnya
disajikan seperangkat ilmu pengetahuan secara teratur dan sistematis serta
dilengkapi oleh perangkat norma yang tegas dan harus dipatuhi oleh setiap
individu. Proses sosialisasi ini dilakukan secara sadar dan sengaja. Sedangkan
yang informal, proses sosialisasi ini bersifat tidak sengaja, terjadinya ini
bila seseorang individu mempelajari pola-pola keterampilan, norma atau perilaku
melalui pengamatan informal terhadap interaksi orang lain.
Meskipun sosialisasi itu mungkin berbeda-beda dalam berbagai
lembaga, kelompok maupun masyarakat, namun sasaran sosialisasi itu sendiri
banyak memiliki kesamaan.
Tujuan pokok sosialisasi adalah :
1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan)
yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannya.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipela jari
melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan
kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat
umumnya.
Faktor lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi
memegang peranan penting, karena dalam proses sosialisasi pemuda terus
berlanjut dengan segala daya imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi
pengalaman akan diperoleh pemuda dari lingkungan sekelilingnya. Lebih-lebih
pada masa peralihan dari masa muda menjelang dewasa, di mana sering terjadi
konflik nilai, wadah pembinaan harus bersifat fleksibel, mampu dan mengerti
dalam membina pemuda harus mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan fasilitas
hidup.
5.
Identitas Pemuda di Perguruan Tinggi
Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber
daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan.
Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi
sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka
setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan; sedangkan
sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut harus bisa dinikmati oleh setiap
orang.
Disinilah terletak arti penting dari pendidikan sebagai
upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama
dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara `self
propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi
minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam
pendidikan penduduknya. Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe
dalam hubungan ini.
Indonesia demikian pula menghadapi kenyataan untuk melakukan
usaha keras “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dewasa ini sudah sekitar 80% dari
usia Sekolah Dasar (6-12) tahun dapat ditampung oleh fasiltias pendidikan dasar
yang ada. Persentase jumlah penduduk yang masih buta huruf diperkirakan sebagai
40%.
Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan
formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia membangun. Dan untuk itu
diperlukan kebijaksanaan terarah dan ,terpadu di dalam menangani masalah
pendidikan ini. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknya jumlah
pencari kerja, “Under utilized population”, kurangnya semangat keWiraswastaan,
merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguhsungguh.
Sebab hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia
dari belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan
yang dapat mengembangkan semangat “inner will peningkatan kemampuan din dan
bangsa” yang terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan
profesional bagi seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai
falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang
dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila.
Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan
pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik
secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu
diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan din dari belenggu kemiskinan
dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih baik,
serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan perubahan yang
berkesinambungan.
Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara
mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma
kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam
hal ini kiranya pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan
ideal serta landasan koseptual terhadap pembaruan pendidikan menuju sistem pendidikan
nasional yang tepat arah dan tepatguna.
Bila dibandingkan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya,
sektor pendidikan termasuk sektor yang cukup pesat kemajuannya; kalau tidak
dalam aspek kualitatif, sedikitnya dalam aspek kuantitatif, sektor tersebut
telah mencapai hasil yang dapat dibanggakan. Pada saat ini bukan saja jumlah
para remaja yang dapat ditampung dalam pendidikan formal melonjak tinggi,
tetapi juga semakin besar jumlah dari mereka yang berkesempatan mendapatkan
pendidikan non formal dengan berbagai keahlian dan keterampilan. Tidak
berlebihan kiranya apabila prestasi keseluruhan ini dinilai sebagai suatu
permulaan yang akan merupakan pra kondisi yang subur menuju terciptanya satu
masyarakat belajar secara menyeluruhan.
Akan tetapi, tanpa mengecilkan arti dari semua yang telah
dicapai selama ini; berbagai masalah telah timbul, yaitu masalah-masalah
obyektif yang baru, yang tidak pernah ada sebelumnya.
Setidak-tidaknya dua faktor yang dapat kita amati sebagai
faktor yang sangat penting dalam pembangunan dewasa ini : semakin banyaknya
manusia yang membutuhkan pendidikan dan semakin bervariasinya mutu pendidikan
yang diharapkan oleh mereka.
Walaupun pada saat ini sistem pendidikan mulai dikelola
secara lebih terbuka dan memungkinkan diterapkannya inovasi teknologi serta
perkembangan-perkembangan ilmu mutakhir, dan walaupun anggaran biayabiaya
kependidikan semakinhari semakin bertambah sehingga telah merupakan jumlah yang
cukup besar dibandingkan dengan biaya pembinaan sektor lainnya, nampaknya
persoalan yang tidak mudah diatasi.
Demokratisasi kependidikan, baik yang berjalan secara
horizontal maupun yang bergerak ke arah vertikal, adalah masalah-masalah
sehari-hari yang dihadapi pemerintah di dalam rangka mewujudkan cita-cita
pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara di dalam konteks masyarakat
keseluruhannya.
Dalam
arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang
berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting, karena berbagai
alasan.
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,
pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
Kesempatan ini tidak dimiliki oleh generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh
karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk yang terkemuka
di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di
bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara
berencana, dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai
mata pelajaran seperti PMP, Sejarah dan Antropologi maka berbagai masalah
kenegaraan, dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku
bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal
ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya, sehingga mampu melihat Indonesia
secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki
lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di
dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/
pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih
baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa
pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta
keterampilan berorganisasi yang lebih baik di bandingkan dengan generasi muda
lainnya.
6.
Kesimpulan
Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya,
generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Pada saat ini, dimana kehidupan
terasa sangat sulit untuk dijalani. Pemuda jug memiliki masalah tersendiri
dalam kehidupannya. Banyak faktor yang mendalangi permasalahan pemuda saat ini.
Permasalahan yang paling banyak dihadapi pemuda saat ini adalah kurangnya
keyakinan pemuda tentang masa depannya. Yang menyebabka keinginan untuk
berusaha atau berjuang lebih dari yang lain menjadi berkurang. Faktor fasilitas
pun menjadi dalang permasalahn pemuda Indonesia saat ini. Fasilitas untuk dapat
menampung semua aspirsai pemuda yang tidak ada batasnya dirasa tidak memadai
untuk saat ini.
Melalui proses sosialisasi, individu
(pemuda) akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan
proses sosialisasi, individu menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku
ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai
falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka pendidikan nasional yang
dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila.
Dalam implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan
pembangunan, satu pendidikan yang akan membina ketahanan hidup bangsa, baik
secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendidikan itu
diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan din dari belenggu kemiskinan
dan keterbelakangan, melalui suatu alternatif pembangunan yang lebih baik,
serta menghargai kemajuan yang antara lain bercirikan perubahan yang
berkesinambungan.
Sumber :
Elearning.gunadarma.ac.id/…isd/bab4-pemuda_dan_sosialisasi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar