ILMU SOSIAL DASAR
NPM : 32412847
Kelas :
2-ID08
Mata
Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KALIMALANG
SISTEM
KELUARGA BERENCANA
Masalah utama kependudukan di Indonesia adalah jumlah
penduduk yang besar dan tidak merata. Hal ini diimbangi dengan masalah lain,
yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini
tidak menguntungkan dari segi pembangunan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari
kualitas pendidikan penduduk yang masih rendah dan angka ketergantugan yang
cukup tinggi sehingga penduduk dianggap lebih sebagai beban dari modal
pembangunan. Melihat hal tersebut pemerintah berusaha membuat suatu kebijakan
untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk mengenai pentingnya suatu
keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.
Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai
masalah kependudukan, dan solusi yang dilakukan dalam rangka ini adalah untuk
mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari sasaran awal program
keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu menurunkan angka kelahiran
total (TFR) menjadi separuhnya sebelum tahun 2000. Dilihat dari sasaran awal
sebagai acuan, upaya pemerintah ini tidak dapat diragukan lagi keberhasilannya.
Keberhasilan
tersebut sangat jelas, misalnya terjadinya penurunan TFR yang signifikan selama
periode 1967 – 1970 sampai dengan 1994 – 1997 . Selama periode tersebut TFR
mengalami penurunan dari 5,605 menjadi 2,788 (SDKI 1997). Atau dengan kata lain
selama periode tersebut TFR menurun hingga lima puluh persen. Bahkan pada tahun
1998 angka TFR tersebut masih menunjukkan penurunan, yaitu menjadi 2,6.
Penurunan fertilitas tersebut terkait dengan keberhasilan
pembangunan sosial dan ekonomi, yang merupakan salah satu bentuk keberhasilan
kependudukan, khususnya di bidang keluarga berencana di Indonesia. Namun
banyak masalah masih sering kita dengar. Program keluarga berencana dirasa
masih mengalami rendahnya kualitas pelayanan KB (termasuk kesehatan),
khususnya dalam praktek di lapangan. Masalah kualitas pelayanan sejak
awal sudah muncul, tetapi kini sudah dapat diredam sehingga tidak meluas
melalui berbagai cara.
Dalam
arti yang lebih luas, persoalan fertilitas tidak hanya berhubungan dengan
jumlah anak saja, karena sebenarnya terkait hal-hal yang sangat kompleks dan
variatif, misalnya menyangkut perilaku seksual, kehamilan tak dikehendaki,
aborsi, PMS, kekerasan seksual, dan lain sebagainya yang ada dalam masalah kesehatan
di Indonesia. Respons terhadap hal ini sebenarnya sudah dilakukan oleh
pemerintah, khususnya oleh BKKBN dan Meneg Kependudukan (Country Report, 1998
dan Wilopo, 1997). Akan tetapi respons tersebut masih belum menyentuh persoalan
mendasar yang ada di dalamnya sehingga masalah tersebut belum sepenuhnya
tertangani dengan baik.
Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada
tahun tersebut didirikan perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu
program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan
kependudukan). Belum ada political will dari pemerintah saat itu. Program KB
masih dianggap belum terlalu penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih
terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan
alat kontrasepsi.
Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi
perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan
concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen
kehakiman. Pemerintahan orde baru yang menitik beratkan pada pembangunan
ekonomi, mulai menyadari bahwa program KB sangat berkaitan erat dengan
pembangunan ekonomi.
Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program
pemerintah dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29
Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas
program KB ke seluruh Indonesia.
Selama
hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970-2000, baru masyarakat
Indonesia bisa menerima bahwa KB adalah kebutuhan. Berangsur-angsur dari tahun
ke tahun berkat kegigihan para pejuang KB pada masanya, masyarakat negeri ini
mulai sadar dan mengerti bahwa ternyata program KB bukanlah program pembunuhan
calon bayi. Namun program untuk mengatur kelahiran bayi supaya tidak terlalu
berdekatan dan tidak terlalu banyak.
Nampaknya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Selama
berpuluh tahun para pejuang KB di lini lapangan terus memperjuangkan dan
menyadarkan masyarakat bahwa program KB ini adalah salah satu program yang
dapat menghantarkan mereka memiliki keluarga yang berkualitas.
Kesimpulannya adalah dalam
pelaksanaan program Keluarga Berencana pada saat ini atau pada abad ke-21,
masyarakat mulai menyadari manfaat dari program tersebut. Mereka pun mulai
secara serempak mengikuti seminar-seminar atau pengajaran agar semakin mengerti
manfaat dari program KB tersebut. Oleh karna semakin banyaknya minat masyarakat
dengan program KB, maka saya menyimpulkan program ini telah berhasil dalam
penerapannya untuk menekan jumlah penduduk di Indonesia yang semakin banyak
hari demi hari walaupun memerlukan waktu yang tidak sebentar. Usaha yang gigih
dari pihak pemerintah dan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi turut
membantu dalam proses penerapan program KB tersebut.
Perkembangan
Program KB di Indonesia
Perkembangan
program KB di indonesia di bagi menjadi dua periode yaitu ;
1.
Periode Perintisan dan Pelaporan
1. Sebelum 1957 – Pembatasan
kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi/ wisuh/
bilas liang senggama setelah coitus).
2. Perkembangan birth control -
Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang
: berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI tahun 1963. Di Jakarta : Prof. Sarwono
P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali,
Palembang, Medan).
2.
Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang
mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat.
Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB
(Petugas Lapangan keluarga Berencana).
SUMBER
Mulyo,
Tri.2010.Pengantar Demografi.Boyolali : CV Artaguna.
http://www.akademika.or.id/arsip/FER-T-WD.PDF
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/919/934/
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6305504520.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah2.pdf
http://www.lusa.web.id/perkembangan-kb-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar