Rabu, 11 Desember 2013

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan



ILMU SOSIAL DASAR



                                                     Nama                      : Febi Ardianto
                                                     NPM                       : 32412847
                                                     Kelas                       : 2-ID08
                                                     Mata Kuliah            : Ilmu Sosial Dasar


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG




PENDUDUK,  MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

1.      Pengertian
a.       Pengertian Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berintraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinu. Dalam sosiologi penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Penduduk suatu Negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1. Orang yang tinggal di daeah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal disitu.misalkan bukti kewarganegaraan tetapi memilih tinggal di daerah lain.
b.      Pengertian Masyarakat
Masyarakat juga sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut. Menurut Wikipedia, kata Masyarakat sendiri diambil dari bahasa arab, Musyarak. Masyarakat juga bisa diartikan sekelompok orang yang saling berhubungan dan kemudian membentuk kelompok yang lebih besar. Biasanya masyarakat sering diartikan sekelompok orang yang hidup dalam satu wilayah dan hidup teratur oleh adat didalamnya.
Masyarakat Transisi adalah masyarakat yang dimana didalamnya terdapat perubahan isi atau orang. perubahan ini bisa dicontohkan seperti pekerjaan yang tidak pada masyarakat sebelumnya. Selain itu juga bisa dicontohkan orang Jawa menikah dengan orang Madura kemudian hidup dan tinggal di Madura.
Masyarakat awal mulanya terbentuk dari masyarakat kecil yang artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari kelompok keluarga akan membentuk sebuah RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah dusun. Dusun pun akan membentuk Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Hingga akhirnya negara.
Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang pemimpin. seorang pemimpin yang akan memimpin sebuah masyarakat bisa dipilih dengan berbagai cara. Seperti Pemilu, Pemilihan secara tertutup hingga keturunan pemimpin.Pemilihan pemimpin suatu daerah pasti sudah memiliki aturan masing masing yang biasa disebut adat istiadat.
c.       Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).

2.      Keterkaitan antara penduduk, masyarakat dan kebudayaan.
Diantara penduduk, masyarakat dan kebudayaan memiliki keterikatan yang tidak bisa terlepas antara satu dan yang lainnya serta memiliki hubungan yang menarik. Jika dilihat dari definisinya penduduk merupakan bagian kecil dari suatu masyarakat. Artinya masyarakat adalah penduduk itu sendiri. Sedangkan kebudayaan selalu ada ditengah-tengah suatu masyarakat. Budaya merupakan suatu kreativititas yang lahir dalamm suatu masyrakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga hal diatas memiliki hubungan yang sangat erat sehingga dapat dikatakan melengkapi satu sama lain.
3.      Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi bertambahnya penduduk.
Demografi adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi, distribusi spasial dari penduduk manusia dan perubahan-perubahan dari aspek tersebut yang selalu terjadi akibat proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas social. (Philip M. Hauser & Duddley Duncan, 1959)
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu (Wikipedia).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan  bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi bertambahnya populasi suatu penduduk. Diantaranya adalah kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan.
4.      Pengertian dan jenis migrasi, serta proses dan akibat dari migrasi
Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu bioma ke bioma lainnya. Dalam banyak kasus, organisme bermigrasi untuk mencari sumber-cadangan-makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau karena overpopulasi (Wikipedia).
Proses migrasi dapat diartikan sebagai sebab (dalam hal ini) masyarakat melakukan suatu migrasi. Dijelaskan dalam pengertian diatas migrasi bertujuan untuk mencari sumber cadangan makanan yang baru. Tapi jika dalam kehidupan bermasyarakat migrasi bertujuan untuk mencari “kesejahteraan” dan perpindahannya hanya dengan ruang lingkup dari kota yang kurang maju dalam hal teknologi atau kebutuhan sosial ke kota yang sudah maju.
Migrasi berakibat overpopulasi bagi suatu daerah yang dituju. Karena migrasi perbandingan jumlah penduduk tidak sebanding dengan luas daerah yang ditempati. Migrasi juga bisa menyebabkan bertambahnya pengangguran, karena semakin banyaknya penduduk dapat menyebabkan semakin kecilnya jumlah pekerjaan yang dapat dipilih. Contohnya adalah DKI Jakarta yang sangat bisa menjadi bahan acuan dalam mempelajari dampak dari migrasi tersebut.
5.      Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
Perkembangan budaya indonesia grafiknya salalu saja naik dan turun. Pada mulanya, indonesia sangat banyak terdapat peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi sekarang ini budaya indonesia agak menurun dari sosialisasi penduduk. Kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, hal ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern. Namun akhir-akhir ini indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia. Terbukti bahwa, masyarakat luar lebih mengenal budaya indonesia dibandingkan masyarakat indonesia.
Perkembangan budaya indonesia yang lain saat ini sudah mulai terkikis perlahan-perlahan seiring dengan perkembangan zaman yang lebih maju dan modern, saat ini banyak masyarakat secara perlahan meninggalkan budaya local atau tradisional dan lebih memilih budaya yang lebih modern. Ini terjadi karena adanya proses perubahan social seperti Akultursi dan Asimilasi. Akulturasi adalan proses masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima dan diolah dengan kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada. Asimilasi adalah proses masuknya kebudayaan baru yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan itu masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.


Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:
Pengaruh Positif dapat berupa :
1.      Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
2.      Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
3.      Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
4.      Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Pengaruh Negatif berupa :
1.      Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).
2.      Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
3.      Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.

6.      Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam
a.       Hindu
Sejarah agama Hindu pertama kalinya mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di India. Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari "Sang Hyang Widhi" (Tuhan) dan diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah Sungai Sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yakni ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya ajaran Agama Hindu di Indonesia. Seorang ahli Belanda bernama Krom, melalui teori Waisya di dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India. Pada tahun 1912, seorang ahli dari India bernama Mookerjee, menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Jalinan hubungan yang berlangsung selama itu maka terjadilah penyebaran agama Hindu di Indonesia. Pendapat lain juga dikemukakan dua ilmuwan Belanda terkenal yaitu Moens dan Bosch, yang menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para rohaniawan Hindu India ke Indonesia.
Data peninggalan sejarah menyebutkan bahwa "Rsi Agastya" yang menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan sebagai bukti yang terdapat pada beberapa prasasti di pulau Jawa dan lontar-lontar di pulau Bali, yang menyatakan bahwa Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia melalui Sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang. Karena begitu besar jasa-jasa Rsi Agastya dalam penyebaran ajaran Agama Hindu, maka namanya disucikan di dalam prasasti, antara lain Prasasti Dinoyo yang berada di Jawa Timur dan bertahun Saka 628, dimana seorang patih raja yang bernama Gajahmada membuatkan pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud untuk memohon kekuatan suci dari beliau (Rsi Agastya). Dan Prasasti Porong di Jawa Tengah bertahun Saka 785, juga menyebutkan keagungan serta kemuliaan jasa-jasa Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka terdapat istilah atau julukan yang diberikan untuk beliau, diantaranya Agastya Yatra yang artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma. Dan julukan Pita Segara, yang artinya "Bapak dari Lautan" karena beliau yang mengarungi lautan luas demi untuk Dharma.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia diperkirakan terjadi pada awal tahun Masehi. Hal ini diketahui dengan adanya bukti tertulis atau peninggalan purbakala pada abad ke-4 Masehi dengan ditemukannya 7 buah "yupa" peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan. Dari 7 buah yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada saat itu yang menyatakan bahwa: "Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman". Keterangan lain yang menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja Dewa Siwa, dan tempat itu disebut dengan "Vaprakeswara". Masuknya ajaran Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang sangat besar, yaitu berakhirnya jaman prasejarah di Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan agama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Weda, dan juga munculnya kerajaan-kerajaan yang mengatur kehidupan agama pada suatu wilayah.
b.      Budha
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
c.       Islam
Nabi Muhammad SAW telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama beberapa abad yang lalu. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalaupun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metode-metode ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, Perbedaan kedua kebudayaan ini sebenarnya sangat prinsip sekali, sampai menyebabkan dasar keduanya itu saling bertolak belakang.
Sejarah masuknya kebudayaan Islam di Indonesia khususnya di tanah jawa di tandai dengan adanya Wali Songo yang diyakini merupakan penyebar agama islam di daerah jawa pada abad 14, selain itu Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah pada zaman kerajaan. Wali songo atau Wali Sanga ini diperkirakan tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Pengertian dari wali songo adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari , bahasa Jawayang berarti tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir. Para Walisongo juga merupakan intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga kepemerintahan.
7.      Kesimpulan
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan tiga elemen yang tidak bisa dipisahkan dan selalu berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka dapat dipastikan kebudayaan akan bertambah dengan sendiri. Karena lahir dari masyarakat maka yang haur menjaga kebudayaan adalah masyrakat itu sendiri. Tanpa adanya kesadaran dan kontribusi dari masyarakat untuk terus mempertahankan kebudayaan yang ada, tidah akan kebudayan yang bertahan sampai saat ini.




















Sumber :
ryancileungsi.blogspot.com/2013/01/perkembangan-budaya-di-indonesia-pada.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar