ILMU SOSIAL DASAR
NPM : 32412847
Kelas :
2-ID08
Mata
Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KALIMALANG
PENDUDUK,
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
1.
Pengertian
a. Pengertian
Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam
suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling
berintraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinu. Dalam sosiologi
penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang
tertentu.
Penduduk suatu Negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1. Orang yang tinggal di daeah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal disitu.misalkan bukti kewarganegaraan tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Penduduk suatu Negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1. Orang yang tinggal di daeah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal disitu.misalkan bukti kewarganegaraan tetapi memilih tinggal di daerah lain.
b. Pengertian
Masyarakat
Masyarakat juga
sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang
yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut.
Menurut Wikipedia, kata Masyarakat sendiri diambil dari bahasa arab, Musyarak.
Masyarakat juga bisa diartikan sekelompok orang yang saling berhubungan dan
kemudian membentuk kelompok yang lebih besar. Biasanya masyarakat sering
diartikan sekelompok orang yang hidup dalam satu wilayah dan hidup teratur oleh
adat didalamnya.
Masyarakat
Transisi adalah masyarakat yang dimana didalamnya terdapat perubahan isi atau
orang. perubahan ini bisa dicontohkan seperti pekerjaan yang tidak pada
masyarakat sebelumnya. Selain itu juga bisa dicontohkan orang Jawa menikah
dengan orang Madura kemudian hidup dan tinggal di Madura.
Masyarakat awal mulanya terbentuk
dari masyarakat kecil yang artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga
yang dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari kelompok keluarga akan
membentuk sebuah RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah dusun. Dusun pun
akan membentuk Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Hingga akhirnya negara.
Masyarakat tidak
akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang pemimpin. seorang pemimpin yang akan
memimpin sebuah masyarakat bisa dipilih dengan berbagai cara. Seperti Pemilu,
Pemilihan secara tertutup hingga keturunan pemimpin.Pemilihan pemimpin suatu
daerah pasti sudah memiliki aturan masing masing yang biasa disebut adat
istiadat.
c. Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf
kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber-
sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai
perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses
penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan
bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai
"mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia
(Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia"
(Keesing & Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian
aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan
strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang
digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini
akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti
perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem
penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak,
sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena
kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai
moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang
dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).
2.
Keterkaitan antara penduduk, masyarakat
dan kebudayaan.
Diantara
penduduk, masyarakat dan kebudayaan memiliki keterikatan yang tidak bisa
terlepas antara satu dan yang lainnya serta memiliki hubungan yang menarik.
Jika dilihat dari definisinya penduduk merupakan bagian kecil dari suatu
masyarakat. Artinya masyarakat adalah penduduk itu sendiri. Sedangkan
kebudayaan selalu ada ditengah-tengah suatu masyarakat. Budaya merupakan suatu
kreativititas yang lahir dalamm suatu masyrakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ketiga hal diatas memiliki hubungan yang sangat erat sehingga dapat dikatakan
melengkapi satu sama lain.
3.
Faktor-faktor demografi yang
mempengaruhi bertambahnya penduduk.
Demografi
adalah studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi, distribusi
spasial dari penduduk manusia dan perubahan-perubahan dari aspek tersebut yang
selalu terjadi akibat proses fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas
social. (Philip M. Hauser & Duddley Duncan, 1959)
Kependudukan
atau demografi adalah ilmu
yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana
jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau
kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan,
agama,
atau etnisitas tertentu (Wikipedia).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bertambahnya populasi suatu penduduk. Diantaranya adalah
kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan.
4.
Pengertian dan jenis migrasi, serta proses dan
akibat dari migrasi
Migrasi
adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu bioma
ke bioma lainnya. Dalam banyak kasus, organisme bermigrasi untuk mencari
sumber-cadangan-makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang
mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau karena overpopulasi
(Wikipedia).
Proses migrasi
dapat diartikan sebagai sebab (dalam hal ini) masyarakat melakukan suatu
migrasi. Dijelaskan dalam pengertian diatas migrasi bertujuan untuk mencari
sumber cadangan makanan yang baru. Tapi jika dalam kehidupan bermasyarakat
migrasi bertujuan untuk mencari “kesejahteraan” dan perpindahannya hanya dengan
ruang lingkup dari kota yang kurang maju dalam hal teknologi atau kebutuhan
sosial ke kota yang sudah maju.
Migrasi
berakibat overpopulasi bagi suatu
daerah yang dituju. Karena migrasi perbandingan jumlah penduduk tidak sebanding
dengan luas daerah yang ditempati. Migrasi juga bisa menyebabkan bertambahnya
pengangguran, karena semakin banyaknya penduduk dapat menyebabkan semakin
kecilnya jumlah pekerjaan yang dapat dipilih. Contohnya adalah DKI Jakarta yang
sangat bisa menjadi bahan acuan dalam mempelajari dampak dari migrasi tersebut.
5.
Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan
di Indonesia
Perkembangan budaya indonesia grafiknya salalu saja
naik dan turun. Pada mulanya, indonesia sangat banyak terdapat peninggalan
budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus
dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi sekarang ini budaya
indonesia agak menurun dari sosialisasi penduduk. Kini telah banyak yang
melupakan apa itu budaya indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta
terhadap budaya semakin berkurang, hal ini sangat berdampak tidak baik bagi
masyarakat asli indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke
indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern. Namun
akhir-akhir ini indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya
indonesia. Terbukti bahwa, masyarakat luar lebih mengenal budaya indonesia
dibandingkan masyarakat indonesia.
Perkembangan
budaya indonesia yang lain saat ini sudah mulai terkikis perlahan-perlahan
seiring dengan perkembangan zaman yang lebih maju dan modern, saat ini banyak
masyarakat secara perlahan meninggalkan budaya local atau tradisional dan lebih
memilih budaya yang lebih modern. Ini terjadi karena adanya proses perubahan
social seperti Akultursi dan Asimilasi. Akulturasi
adalan proses masuknya kebudayaan baru yang secara lambat laun dapat diterima
dan diolah dengan kebudayaan sendiri, tanpa menghilangkan kebudayaan yang ada. Asimilasi adalah proses masuknya
kebudayaan baru yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan itu masing-masing berubah menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran.
Berikut
dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:
Pengaruh
Positif dapat berupa :
1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi,
Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan
dari otokrasi menjadi oligarki.
3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang
demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
4. Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah
dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Pengaruh
Negatif berupa :
1. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup,
yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial. Masyarakat akan
minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal).
2. Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan
munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang mempertahankan
tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi).
Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya
layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi
tradisi/disconecting of culture).
3. Sebagai sarana kompetisi yang
menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi negara
melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
6.
Kebudayaan Hindu, Budha dan Islam
a. Hindu
Sejarah
agama Hindu pertama kalinya mulai berkembang di lembah Sungai Shindu di India.
Di lembah sungai ini para Rsi menerima wahyu dari "Sang Hyang Widhi"
(Tuhan) dan diabadikan ke dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah Sungai
Sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yakni ke India
Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada
beberapa teori dan pendapat tentang masuknya ajaran Agama Hindu di Indonesia.
Seorang ahli Belanda bernama Krom, melalui teori Waisya di dalam bukunya yang
berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa
masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan
damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India. Pada tahun 1912,
seorang ahli dari India bernama Mookerjee, menyatakan bahwa masuknya pengaruh
Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada
yang besar. Setelah sampai di pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni
dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat
inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Jalinan hubungan yang
berlangsung selama itu maka terjadilah penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Pendapat lain juga dikemukakan dua ilmuwan Belanda terkenal yaitu Moens dan
Bosch, yang menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya
terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh
kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para rohaniawan Hindu India ke Indonesia.
Data
peninggalan sejarah menyebutkan bahwa "Rsi Agastya" yang menyebarkan
agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan sebagai bukti yang
terdapat pada beberapa prasasti di pulau Jawa dan lontar-lontar di pulau Bali,
yang menyatakan bahwa Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke
Indonesia melalui Sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang.
Karena begitu besar jasa-jasa Rsi Agastya dalam penyebaran ajaran Agama Hindu,
maka namanya disucikan di dalam prasasti, antara lain Prasasti Dinoyo yang
berada di Jawa Timur dan bertahun Saka 628, dimana seorang patih raja yang
bernama Gajahmada membuatkan pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud untuk
memohon kekuatan suci dari beliau (Rsi Agastya). Dan Prasasti Porong di Jawa
Tengah bertahun Saka 785, juga menyebutkan keagungan serta kemuliaan jasa-jasa
Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka terdapat istilah atau
julukan yang diberikan untuk beliau, diantaranya Agastya Yatra yang artinya
perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya
untuk Dharma. Dan julukan Pita Segara, yang artinya "Bapak dari Lautan"
karena beliau yang mengarungi lautan luas demi untuk Dharma.
Masuknya agama
Hindu ke Indonesia diperkirakan terjadi pada awal tahun Masehi. Hal ini
diketahui dengan adanya bukti tertulis atau peninggalan purbakala pada abad
ke-4 Masehi dengan ditemukannya 7 buah "yupa" peninggalan kerajaan
Kutai di Kalimantan. Dari 7 buah yupa itu didapatkan keterangan mengenai
kehidupan keagamaan pada saat itu yang menyatakan bahwa: "Yupa itu
didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman".
Keterangan lain yang menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada
suatu tempat suci untuk memuja Dewa Siwa, dan tempat itu disebut dengan "Vaprakeswara".
Masuknya ajaran Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang sangat besar,
yaitu berakhirnya jaman prasejarah di Indonesia, perubahan dari religi kuno ke
dalam kehidupan agama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Weda,
dan juga munculnya kerajaan-kerajaan yang mengatur kehidupan agama pada suatu
wilayah.
b. Budha
Sejarah
agama Buddha mulai dari abad
ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta
Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua
yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang,
unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik
(Yunani),
Asia
Tengah, Asia
Timur dan Asia
Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini
praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga
ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta
perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada
, Mahayana,
dan Vajrayana
(Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
Menurut
tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta
Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546–324 SM), di
sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang
kota ini terletak di Nepal
sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang
bijak dari kaum Sakya").
Setelah
kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja
Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha),
Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa
kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari.
Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu
menjadi seorang pertapa.
Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari
jalan tengah (majhima patipada ). Jalan
tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang
terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di
bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan
posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal
sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta
yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).
Untuk
45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah
mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari
menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan
Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan
munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama
aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang
hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana,
sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
c. Islam
Nabi Muhammad
SAW telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan
memberi arah kepada kebudayaan dunia selama beberapa abad yang lalu. Warisan
yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, bahkan lebih lagi pada
masa yang akan datang, karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan
dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama
dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu
Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalaupun kebudayaan
Islam ini didasarkan kepada metode-metode ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio,
hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa kita sekarang,
dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif dan
pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama
dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. karena cara pemikiran yang metafisik
dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan
kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu
ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk
menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam
berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, Perbedaan
kedua kebudayaan ini sebenarnya sangat prinsip sekali, sampai menyebabkan dasar
keduanya itu saling bertolak belakang.
Sejarah masuknya
kebudayaan Islam di Indonesia khususnya di tanah jawa di tandai dengan adanya
Wali Songo yang diyakini merupakan penyebar agama islam di daerah jawa pada
abad 14, selain itu Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang Islam
dari Timur Tengah pada zaman kerajaan. Wali songo atau Wali Sanga ini
diperkirakan tinggal di tiga
wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era
Walisongo adalah era berakhirnya dominasi dalam budaya Nusantara untuk digantikan
dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu
banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini
lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Pengertian dari
wali songo adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa Pendapat lain
menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti
mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari , bahasa Jawayang berarti
tempat. Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1]
Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri,
Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana
Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa),
Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh
Subakir. Para Walisongo juga merupakan intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada
masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban
baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga kepemerintahan.
7.
Kesimpulan
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan tiga
elemen yang tidak bisa dipisahkan dan selalu berkaitan erat antara satu dengan
yang lainnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka dapat dipastikan
kebudayaan akan bertambah dengan sendiri. Karena lahir dari masyarakat maka
yang haur menjaga kebudayaan adalah masyrakat itu sendiri. Tanpa adanya
kesadaran dan kontribusi dari masyarakat untuk terus mempertahankan kebudayaan
yang ada, tidah akan kebudayan yang bertahan sampai saat ini.
Sumber :
ryancileungsi.blogspot.com/2013/01/perkembangan-budaya-di-indonesia-pada.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar